Berita duka datang dari saudara kaum muslimin di bumi Anbiya', Palestina. Sejak 1967, untuk pertama kalinya seluruh pintu masuk menuju Masjid al-Aqsha ditutup oleh penjajah Zionis Israel.
Akibatnya, dalam shalat Shubuh kemarin (30/10/2014) hanya ada 8 orang yang mengikuti shalat berjamaah. Itu pun para pengurus dan petugas yang menjaga masjid yang amat bersejarah bagi umat Islam ini.
Diberitakan oleh laman Sahabat al-Aqsha, Umar al-Kiswani yang merupakan Pengurus Masjid al-Aqsha menerangkan, “Saya sampai di masjid sesaat sebelum waktu subuh. Ketika itu penjajah zionis mengepung seluruh tempat. Jamaah shalat subuh pun dilarang memasuki masjid, namun karena saya pengurus jadi saya dibolehkan masuk.”
Menurutnya, adzan dikumandangkan tepat waktu. Tetapi iqamah terlambat 10 menit karena menunggu jamaah lainnya. Sebab tidak mendapat izin, maka seluruh jamaah tidak bisa masuk ke dalam Masjid al-Aqsha. Alhasil, hanya ada tujuh orang yang menjadi makmum al-Kiswani dalam shalat Subuh kala itu.
Ia menuturkan telah menghubungi beberapa negara Arab dan Internasional untuk menekan tindakan Zionis yang menghalangi umat Islam dalam beribadah ini. Ia juga menegaskan, bahwa Zionis seharusnya melarang warga Yahudi membangun pemukiman di sekitar al-Aqsha, bukan malah melarang warga muslim untuk masuk dan beribadah di masjid mulia itu.
Penutupan ini dilakukan setelah adanya penyerangan terhadap aktivis Yahudi di kawasan al-Aqsha pada 29 Oktober 2014. Penyerangan berupa percobaan pembunuhan ini sendiri dilakukan karena aktivis tersebut gemar melakukan penghinaan dan penistaan terhadap masjid yang menjadi salah satu tempat transit Rasulullah Saw dalam peristiwa Isra' Mi'raj.
Buntutnya, tentara Zionis menangkap Mu’taz Hijazi yang diduga sebagai pelaku penyerangan. Akhirnya, meski tanpa bukti, tertuduh yang merupakan salah satu mantan tahanan Zionis dan baru dibebaskan pada tahun 2012 itu dibunuh oleh tentara yang bertugas di kawasan tersebut. [bahagia/SA]