
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan
kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan
dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan
yang banyak. Dan, bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS. An-Nisa [4]: 1).
Ayat di atas adalah dasar atau dalil dari permasalahan yang Anda
tanyakan. Dalam hal ini, ada perbedaan pendapat para ulama dalam
menetapkan asal–muasal penciptaan perempuan (Hawa). Jumhur ulama
menafsirkan perkataan wa khalaqa minha zaujahadalam ayat di atas dengan
menyatakan bahwa Hawa diciptakan dari Adam.
Hadits-hadits Nabi Muhammad SAW menyebutkan, Hawa itu diciptakan dari
tulang rusuk Adam. Berikut ini salah satu hadits sahih yang dijadikan
sebagai sandaran dari argumentasi jumhur ulama. Diriwayatkan dari Abu
Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda, “Saling berwasiatlah kalian
untuk berbuat baik kepada perempuan. Karena sesungguhnya perempuan itu
diciptakan dari tulang rusuk. Dan yang paling bengkok dari tulang rusuk
itu adalah bagian paling atasnya. Jika kamu berusaha meluruskannya, kamu
akan membuatnya patah. Dan jika dibiarkan, ia akan terus bengkok.
Karena itu, saling berwasiatlah kalian untuk berbuat baik kepada
perempuan.” (HR. Bukhari).
Tetapi, ada pedapat berbeda dari sebagian ulama, seperti Abu Muslim
al-Isfahani dan diikuti oleh Syekh Rasyid Ridha dalam tafsir al-Manarnya
dan juga dipilih Syekh Yusuf al-Qaradhawi. Mereka mengatakan, yang
dimaksudkan dalam ayat itu adalah Hawa diciptakan dari jenis yang sama
dengan penciptaan Adam. Makna hadits di atas adalah kiasan bahwa
perempuan itu seperti tulang rusuk yang bengkok. Dalam konteks ini, Nabi
memerintahkan kaum laki-laki memperlakukan istri dengan lemah lembut
dan tidak tergesa-gesa dalam memperbaikinya jika menemukan sesuatu yang
tidak disukai.
Perempuan diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, bukan berarti
bersifat jelek dan itu bukan kekurangan bagi seorang perempuan. Ini
hanya masalah fungsi saja, di mana laki-laki dan perempuan memiliki
fungsi berbeda sesuai dengan kehendak penciptaan Allah. Wallahu a’lam bish shawab.
(Ustaz Bachtiar Nasir)